- Pakaian Bekas Rp 515 Juta Dibawa 3 Truk Gagal masuk Malang Keburu Diciduk TNI AL
- Sungai Meluap Deras & Gelap,Prajurit Marinir Sigap Selamatkan Warga Kebanjiran di Manado
- WFA Pengaruhi Penumpang PELNI Mudik, Melesat Naik 190% Lebaran H-9
- Dirjen Hubla luncurkan Logo Pandu Indonesia, Pakaian dan Pose Follow My Lead
- Bangkitkan Geliat Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Seribu, Ini Strategi KKP
- TPS Sukses Terapkan Planning and Control untuk Kapal Full and Down
- Hujan Badai di Laut Seram KMP Teratai Prima Mati Mesin dan Hanyut Dievakuasi TNI
- Dirut Pelindo Kunjungi Pelabuhan Balik Papan Pastikan Kelancaran Operasional & Berbagi dengan Masyar
- 6 Terminal Penumpang Pelindo Regional 2 Siaga Arus Mudik Lebaran 2025, Drajat: Beri Layanan Terbaik
- Program Ketahanan Pangan, Lanal Melonguane Bersama Masyarakat Panen Raya di Talaud
Keselamatan Navigasi di Selat Malaka Dibahas di ASEAN Hydrographic Survey 2023

Keterangan Gambar : Keselamatan navigasi pelayaran dan dampaknya terhadap lingkungan laut dibahas dalam forum ASEAN Hydrographic.Foto: Hubla
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Selat Malaka dan Selat Singapura memiliki peran penting karena merupakan jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China Selatan. Kedua Selat ini merupakan jalur pelayaran yang sempit namun padat lalu lintas. Oleh karenanya, keselamatan navigasi pelayaran dan dampaknya terhadap lingkungan laut sangat penting.
Hal ini dibahas dalam forum ASEAN Hydrographic Survey Workshop yang digelar di Jakarta. Kali ini Indonesia melalui Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menjadi tuan rumahnya.
Baca Lainnya :
- 8 Adendum Penjanjian Konsesi Pelabuhan Eksisting Kemenhub dan Pelindo Ditandatangani0
- Meriahkan Harhubnas 2023, Siswa di Daerah Perbatasan RI Gembira Ikut Lomba Mewarnai0
- Gugah Kesadaran Keselamatan Pelayaran, Kemenhub Bagikan Life Jacket0
- Tok! Pagu Anggaran Kemenhub Rp38,47 Triliun Disahkan Komisi V DPR, Ini Riciannya0
- Utamakan Keselamatan Pelayaran di Labuan Bajo, Begini Langkah yang Harus Dipatuhi0
Workshop ini dihadiri oleh Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN, Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community, ASEAN Secretariat, Negara Anggota ASEAN, serta organisasi Internasional dan stakeholder yang mempunyai kepentingan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, pada Rabu (13/9/2023).
Dalam sambutannya, Novie mengatakan Selat Malaka dan Selat Singapura memiliki peran penting karena merupakan jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China Selatan.
Kedua Selat ini merupakan jalur pelayaran yang sempit namun padat lalu lintas. Oleh karenanya, muncul kekhawatiran yang semakin besar terhadap keselamatan navigasi pelayaran dan dampaknya terhadap lingkungan laut pada kedua Selat ini.
“Untuk mengatasi kekhawatiran ini, Negara-Negara Pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura telah menjalin Kerjasama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut dari dampak negatif kegiatan pelayaran,” ungkapnya.
Workshop ini, lanjut Novie, adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk melanjutkan pembahasan dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Diungkapkan Novie, ASEAN Hydrographic Survey 2023 ini merupakan proses akhir dari MoU antara Pemerintah Jepang dengan 3 Negara Pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura).
Ketiga negara ini bekerjasama dalam melaksanakan survey hidrografi di sepanjang Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Malaka dan Selat Singapura. Biayanya dari Pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) yang ditandatangani pada tahun 2017.
Lebih lanjut, Novie juga menjelaskan bahwa fokus utama dari Workshop ini adalah untuk mensosialisasikan Electronic Nautical Chart versi terbaru Selat Malaka dan Selat Singapura. Versi terbaru ini dikembangkan oleh 3 Negara Pantai dan didukung oleh Jepang, memberikan informasi penting tentang perairan dalam, posisi bangkai kapal, terumbu karang, serta bebatuan di perairan.
“Informasi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Singapura serta tentunya berkontribusi terhadap keselamatan maritim,” tukasnya.
JALUR PELAYARAN STRATEGIS
Senada dengan Novie, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi, yang bertindak selaku Ketua Delegasi Indonesia juga menekankan pentingnya Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu jalur pelayaran paling strategis di dunia.
Menurut Antoni, volume lalu lintas, panjang dan karakteristik geografis dari kedua Selat tersebut terus menjadi tantangan bagi Negara Pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk memastikan terselenggaranya keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan di kedua Selat tersebut.
“Oleh karena itulah, ketiga Negara Pantai bersama dengan Malacca Straits Council Jepang memprakarsai proyek Survey Hidrografi Bersama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut,” terangnya.
Ia menambahkan, data-data yang dikumpulkan dari survey yang dilakukan tersebut yang digunakan untuk menghasilkan peta navigasi elektronik yang lebih terkini dan terperinci. Peta navigasi itu diharapkan dapat meningkatkan keselamatan navigasi pelayaran dan memungkinkan perencanaan pelayaran yang lebih baik di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Workshop ini sendiri merupakan tindak lanjut dari 3rd Extraordinary Session of the Implementation Committee Meeting yang digelar pada tanggal 26 s.d 27 April 2023 yang diselenggarakan oleh Malacca Straits Council di Singapura.
“Saya sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Jepang, juga kepada Malacca Strait Council, atas komitmen kuatnya dalam mendukung ketiga Negara Pantai meningkatkan keselamatan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura,” ucapnya.
Antoni juga menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Negara-negara Anggota ASEAN untuk terus terlibat aktif dalam upaya menciptakan jalur pelayaran internasional yang aman, terjamin, dan terlindungi secara lingkungan di kawasan.
“Saya percaya bahwa semua masalah termasuk kekhawatiran bersama terkini di Selat Malaka dan Selat Singapura dapat diselesaikan dengan cara terbaik dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi kita, tidak hanya di antara Negara Pantai tetapi juga melalui dukungan nyata dari seluruh Negara Anggota ASEAN dan pengguna terkait lainnya,” tutup Antoni. (Riz/Oryza)
