Kepulauan Meranti Kampung Perikanan Budidaya Berbasis Kearifan Lokal

By Indonesia Maritime News 12 Mar 2022, 14:56:11 WIB Maritim
Kepulauan Meranti Kampung Perikanan   Budidaya Berbasis Kearifan Lokal

Keterangan Gambar : Foto:dok. KKP


Indonesiamaritimenews.com (IMN),JAKARTA: Pengembangan kawasan perikanan budidaya dengan nilai ekonomi yang tinggi menjadi sasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terutama pada komoditas berbasis kearifan lokal. 

Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP, menjadi salah satu garda terdepan guna mewujudkan target kampung perikanan budidaya yang berbasis pada kearifan lokal di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

 Salah satunya dengan pengembangan kampung perikanan budidaya kakap putih yang berada di Desa Sialang Pasung, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. KKP di tahun 2022 menargetkan ada 130 kampung. Salah satunya Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai kampung perikanan budidaya kakap putih.

Baca Lainnya :

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menyampaikan akselerasi program terobosan yang telah dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono terus berjalan. Seperti program kampung perikanan budidaya kakap putih di  Kabupaten Kepulauan Meranti  yang menjadi salah satu wilayah yang berpotensi untuk membudidayakan ikan laut.

Dengan luas laut untuk budidaya sebesar 1.350 hektar, menjadi potensi yang besar untuk mengembangkan budidaya perikanan laut. Sealin itu, kualitas air yang cocok untuk budidaya komoditas kakap putih. "Di Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki salinitas atau kadar garam yang terlarut dalam air berada di angka 24 sampai 25 ppt, dan itu merupakan perairan yang cocok untuk habitat kakap putih,” ujar Tb Haeru.

Selain perairan yang baik, pembudidaya juga didukung dengan pakan yang murah. Di Kepulauan Meranti, ikan rucah untuk pakan kakap putih hanya dibandrol Rp

1.500 sampai Rp2.000 per kilogram, sehingga menurutnya, jika FCR nya 7 – 8, untuk kebutuhan pakan tidak sampai Rp 20.000 dan itu artinya sangat murah sekali.

“Dengan harga jual mencapai Rp60 ribu sampai Rp70 ribu per kilo, saya kira margin yang akan didapat para pembudidaya sangat besar, dan saya kira ini sangat layak sekali untuk dikembangkan,” urainya. Terbukti, dengan keberhasilan pembudidaya ikan kakap putih binaan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam yang telah melakukan panen ikan kakap putih sebanyak 20 ton pada awal Maret lalu.

 Satu hal lagi yang membuat Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi kawasan yang tepat untuk mengembangkan kakap putih adalah lokasinya yang strategis. Karena Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi daerah persinggahan dari Riau daratan ke Riau lautan (kepulauan), sehingga kawasan tersebut menjadi lokasi transit bagi masyarakat.

Selain itu, Kabupaten ini dekat dengan negara tetangga, Malaysia dan Singapura sehingga menjadi nilai tambah, karena kedua negara tersebut merupakan negara tujuan ekspor ikan dari Indonesia. Hal tersebut tentu tidak lepas dari program BPBL Batam dalam melakukan pendampingan dan pembinaan, serta kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha.

 JADI SOLUSI

Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam telah membangun kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun 2019. 

Melalui program Sekawan Logik yang dikembangkan BPBL Batam, bisa menjadi solusi guna memenuhi ketersediaan benih bermutu bagi masyarakat pembudidaya ikan di sentra-sentra produksi dengan harga yang terjangkau. Selain itu dapat mengatasi mahalnya transaction cost atau ongkos kirim karena jauhnya lokasi sentra pembenihan dengan lokasi produksi pembesaran.

“Inovasi Sekawan Logik yang telah dikembangkan oleh teman-teman di BPBL Batam menjadi solusi dalam menekan rantai pasok ketersediaan benih ikan, harga benih ikan yang lebih terjangkau serta terciptanya segmen usaha baru. Saya berharap melalui Sekawan Logik, BPBL Batam mampu mendorong tercipta sistem logistik benih yang efektif dan efisien,” tandas Tb Haeru.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan program kampung perikanan budidaya efektif untuk menggerakkan perekonomian di daerah. Kampung Perikanan Budidaya, harus memerhatikan berbagai aspek agar hasil panen lebih maksimal, seperti pakan dan proses pembenihan. Ia juga menekankan bahwa kegiatan produksi tidak boleh mengancam kelestarian lingkungan. ( Arry/Oriz)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook