Karpet Merah Pariwisata, Bangkit Setelah Mati Suri, Bisakah Destinasi lain Seperti Bali?

By Indonesia Maritime News 23 Agu 2023, 16:27:04 WIB Wisata
Karpet Merah Pariwisata, Bangkit Setelah Mati Suri, Bisakah  Destinasi  lain Seperti Bali?

Keterangan Gambar : Prof. Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M., CHE.Foto: Dok.Pribadi



Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA:  Presiden Jokowi memberi karpet merah kepada Pariwisata Indonesia,  agar melejit sebagai penopang perekonomian Indonesia dan menjadi penyumbang devisa utama.

Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dalam laporan Tourism Trends and Policies 2022 menyebutkan, pada 2019 sektor pariwisata menyumbang 5,0% dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Namun, hantaman pandemi Covid-19 di 2020 mengakibatkan turunnya kontribusi pariwisata terhadap PDB sebesar 56% yaitu menjadi hanya 2,2% dari total ekonomi.

Baca Lainnya :

Kebijakan restriksi di berbagai negara guna mengendalikan penyebaran virus Covid-19, telah menyebabkan kunjungan wisman menurun tajam. Dari 16,1 juta di tahun 2019 menjadi hanya 4,0 juta di tahun 2020. Pada tahun 2021, kunjungan wisman bahkan kembali menurun tajam, hanya mencapai 1,5 juta kunjungan, atau turun sebesar 61,6 persen dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun 2020.

Sektor ini sempat mati suri di saat pendemi copid19 melanda  negeri. Berbagai upaya dilakukan agar kembali bangkit. Berbagai event pun  dimunculkan. 

Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  mengembangan pariwisata di luar Bali atau Bali beyond digalakkan sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisman. Pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (Danau Toba, Tanjung Kalayang, Borobudur, Wakatobi, Morotai, Tanjung Lesung, Kep. Seribu & Kota Tua, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, dan Labuan Bajo) sebagai ‘Bali Baru’.

Dari 10 destinasi ‘Bali Baru’ tersebut, pemerintah akhirnya menetapkan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu Borobudur, Likupang, Mandalika, Danau Toba, dan Labuan Bajo.

Bagaimana trend perkembangan Pariwisata Indonesia selanjutnya dan bisakah destinasi wisata di daerah lain berkembang seperti Bali?

Indonesiamaritimenews.com melakukan perbincangan  dengan  Guru Besar Parawisata  Prof. Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M., CHE langkah apa saja yang harus dilakukan Indonesia.Simak perbincangan kami di bawah ini.

Bagaimana  perkembangan wisata Indonesia di Era Kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini?

Pak Jokowi  memberikan  parawisata dengan mendapatkan  tempat sangat baik  terbukti dengan menargetkan prioritas pembangunan pariwisata.

Namun sayangnya belum teremplementasi sampai tingkat lapangan. Ternyata koordinasi di lapangan, walaupun Presiden sudah memberikan Karpet merah tetap saja hal ini menjadi sulit dan tidak semuanya terwujud.

Namun demikian pariwisata itu di zaman  Menterinya Pak Arif Yahya dimana salah satu prioritasnya meningkatkan kunjungan parawisatawan,  di situ banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kepariwisataan. Walau pun pada akhirnya 20 Juta wisman belum juga tercapai.

Sebenarnya parawisata setelah itu booming dan berkembang. Namun di tahun 2020 di masa covid kerja- kerja Pariwisata terhenti dan kembali target tidak tercapai.

Namun demikian kalangan pariwisata itu menyatakan,  Pak Jokowi itu mempunyai visi untuk parawisata. Hanya saja pelaksanaannya kompleks dan memerlukan intensitas yang lebih lagi kalau ingin menjadi Pariwisata ini lebih besar bagi Indonesia.

Bisakah daerah lain,  misalnya Danau Toba berkembang seperti Bali ?

Selalu kembali kepada kendala klasik yang dihadapi kepariwisataan saat ini.

Perkembangan wisata di suatu daerah tergantung pimpinan di suatu daerah tersebut. Apalagi di Indonesia sudah sistem desentralisasi dimana pusat tidak bisa bisa terlalu  mengintervensi keputusan pemerintah di daerah. Sangat tergantung destinasi di mana daerah itu berada.

Berikutnya kita bicara komponen dasar parawisata yang harus ada. Bagaimana traktifnes di daerah tersebut yang harus ada. Apakah tersedia akses minitas, apakah aksesbilitas dan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung pariwisata.

Jadi kalau ditanya tentu bisa namun harus ada faktor- faktor  yang dikoordinasikan terlebih dahulu diyakinkan Faktor- tersebut ada. Itu yang bisa diberikan apakah daerah lain bisa. Peran masyarakat bagaimana penerimaan mereka terhadap parawisata menjadi penyebab yang mempengaruhi suatu destinasi.

Perlukan diadakan asesmen?

Tentu perlu jika itu dilakukan dengan serius apabila ingin mengembangkan parawisata yang ingin dijadikan sektor  prioritas kembali.

Asesmen untuk melihat destinasi mana yang benar- benar serius. Lalu dijadikan percontohan di luar Bali.

Kita lihat di sini ada suatu hal  yang dilakukan untuk menjadi pariwisata itu manfaatnya besar bagi Indonesia.

Pendukung utamanya adanya komitmen politik dari visi pimpinan negara terkait pariwisata. Apa yang hendak dicapai itu sangat penting.

Kemudian tentu saja  visi yang kuat harus diimplementasikan hukum dan komitmen pendanaan dan tentunya penegakan dari keputusan dan kebijakan yang sudah diambil dari pusat di daerah-daerah.

Nah, ini perlu sekali di Indonesia karena sering kali masyarakat  yang menginginkan parawisata secara mandiri harus bergerak. Harus ada koordinasi antara kementerian satu dengan kementerian yang lain. Jangan sampai kebijakan membuat wisatawan itu tidak nyaman datang ke Indonesia persoalan visa, persoalan aturan aturan daerah tidak diketahui di awal ketika wisatawan datang itu menjadi problem.

Hal itu saat ini sangat mudah diviralkan. Sangat penting suatu tempat perlu dulu dukungan masyarakat dan pemerintah dan ada penegakan hukum di situ, sehingga parawisata bisa berhasil.

Apakah perkembangan wisata kita tergantung sosok menteri pribadi atau rezim yang berkuasa?

Rasa- rasanya bukan rezim seperti yang saya sebutkan tetapi visi dari pemimpin negara  itu mendukung atau tidak pariwisata, karena dari sejak dulu pariwisata Indonesia mempunya potensi tetapi potensinya itu jarang sekali terealisasi menjadi yang aktual.

Karena apa? Karena sektor pariwisata itu tidak pernah ditempatkan secara serius dan ketika Pak Jokowi di tahun pertama menetapkan pariwisata menjadi prioritas. Namun implementasinya ke bawah belum diimplementasikan secara bersistem sehingga akhirnya pariwisata ini hadir dengan apa adanya saja Indonesia.

Untuk pemasukan tahun ini kita melihat sejak covid mereda sehingga dan sekarang selesai  semenjak PPKM itu dilonggarkan terlihat peningkatan pergerakan wisatawan mancanegara dan maupun pergerakan wisatawan Nusantara.

Untuk target sendiri tahun 2022 sudah terlampaui target 1,8 juta wisma sudah mencapai 5,8 juta Wisman ini jumlah yang masih jauh dari jumlah sebelum Covid tetapi sesudah Covid  ini menunjukkan trend meningkat.

Begitu juga wisatawan Nusantara ditargetkan 1,47 miliar perjalanan maka  tahun 2022 sudah mencapai 1,5 miliar perjalanan. Kita lihat pemasukan dari pariwisata ini sudah mencapai target tetapi belum kembali pulih seperti sebelum pandemi Covid 19 .

Memang ini kondisi pariwisata
Indikator makro menunjukan perbaikan trend atau trend yang meningkat dari pada saat pariwisata menghadapi Covid .

BIODATA SINGKAT

Prof. Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M., CHE adalah seorang akademisi aktif di bidang epariwisataan. Dia telah mengabdikan dirinya untuk pendidikan tinggi pariwisata dengan menjadi dosen di Universitas Pelita Harapan (UPH) sejak tahun 1997.

Prof. Diena ditunjuk untuk menjadi Dekan pada Fakultas Pariwisata sejak 2012.
Sebagai seorang akademisi, tidak membatasi Prof. Diena di bidang pengajaran saja.
Minatnya dalam topik yang terkait dengan Manajemen Layanan dalam Perhotelan dan Pariwisata serta Pariwisata Berkelanjutan telah memotivasi dia untuk melakukan berbagai penelitian di bidang ini, dan beberapa proyek penelitian
didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Berbagai buku
dan publikasi internasional sudah diterbitkan sebagai sarana untuk membagikan hasil penelitian dan buah pemikirannya.
Prof. Diena juga aktif terlibat dalam berbagai program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI seperti: Destination Management Organization (DMO), Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC), Sustainable Tourism Certification,
dan juga Pengembangan Kemitraan antara Usaha Besar dengan UMKM di lima Destinasi Super Prioritas (DSP).

Prof. Diena adalah Guru Besar bidang Manajemen Jasa Kepariwisataan.                  ( M.Arifin Mukendar)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook