- Alhamdulillah... Prajurit KRI Tanjung Kambani-971 Khataman Al-Quran di Atas Kapal
- Misi Diplomasi ke Pasific Selatan Selesai, Satgas Port Visit 2024 Kembali ke Indonesia
- Rakornis Kenavigasian 2024, Ini yang Dibahas Kemenhub
- Keselamatan Pelayaran Jadi Prioritas, Kemenhub Bagikan E-Pas Kecil dan Life Jacket ke Nelayan
- KKP: Hingga Oktober 2024, Produksi Perikanan dan Rumput Laut 18,26 Ton, Penerimaan Meningkat
- Omah Sinau, Desa Energi Berdikari Binaan PTK Kelola 31,5 Ton Sampah, Jadi Pusat Edukasi
- Kerahkan Kapal Perang, TNI AL Himpun Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
- Erick Thohir Angkat Heru Widodo Jadi Dirut ASDP, Ini Jajaran Komisaris dan Direksi Baru
- Ikan Paus Sperma 17 Meter Mati Terdampar di Pantai Sumba Timur NTT Dimusnahkan
- Food Safety Jadi Isu Global, KKP Gandeng Norwegia Tingkatkan Mutu Produk Perikanan
Jadi Modeling Budidaya Nila 80 Hektar Eks Tambak Udang
Keterangan Gambar : Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menunjukkan seekor ikan nila. Foto: KKP
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut pembangunan ini sebagai langkah konkrit KKP mensolusikan persoalan tambak-tambak udang mangkrak karena telah menurunnya kualitas produksi.
Strategi modeling budidaya sekaligus untuk mendongkrak produksi ikan nila salin nasional, yang telah ditetapkan sebagai komoditas perikanan unggulan ekspor.
Baca Lainnya :
- Spanyol Tingkatkan Jaminan Perlindungan ABK Kapal Ikan Indonesia0
- Sigini Nilainya, Desa Perikanan Cerdas SFV Dongkrak PNPB 20230
- KKP Gandeng UNIDO Kembangkan Sistem Jaminan Mutu Perikanan Berkelas Internasional0
- KKP, FAO dan Pemda Cilacap Lepasliarkan Sidat Hasil Budidaya0
- Prakiraan Tinggi Gelombang dan Sebaran Hujan, 29 Januari hingga 4 Februari 20240
"Ini adalah bekas tambak udang, yang sudah tidak produktif lagi. Kemudian kami mencoba modifikasi dengan tidak lagi udang, tapi tilapia. Pasar ikan ini cukup bagus, kira-kira sebesar USD13 miliar pada 2030," ungkap Menteri Trenggono saat meninjau kawasan modeling budidaya nila salin di Karawang, Jumat (2/2/2024).
Pembangunan modeling budidaya nila salin dilakukan di lahan seluas 80 hektar yang terbagi dalam empat kawasan tambak, yakni Tambak blok A, B, C dan D. Selain kolam produksi.
terdapat juga fasilitas lain di antaranya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium. Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.
Menteri Trenggono menambahkan, untuk tambak blok A dan B saat ini sudah mulai berproduksi, sedangkan sisanya dalam tahap pengembangan. Dia berharap, semua pembangunan bisa segera rampung, bisa segera diresmikan.
Produktivitas modeling budidaya nila salin Karawang ini ditaksir mencapai 7.020 ton per siklus. Berat ikan saat dipanen mencapai 1 kilogram per ekor dengan masa produksi 8-9 bulan.
Jika target produksi tersebut berhasil, teknologi budidaya nila salin Karawang siap diduplikasi untuk mengaktifkan kembali tambak-tambak nganggur yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).
"Kalau ini berhasil dengan baik, ada luasan sekitar 78 ribu hektare di Pantura yang sekarang tidak berfungsi dengan baik. Ini saya kira kita bisa modifikasi, revitalisasi," bebernya.
MANFAAT BUAT UMKM
Sementara itu, Direktur Utama BRI, Sunarso yang ikut meninjau lokasi modeling budidaya nila salin, mengungkapkan besarnya potensi ekonomi yang akan dihasilkan. Potensi ini bahkan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha mikro kecil (UMKM) perikanan.
"Tadi saya lihat 80 hektar itu 1 siklus 8 bulan, net profit nya Rp38 miliar, sehingga kita ngitung-ngitung 3 - 4 siklus saja balik modal. Ini nanti modeling kalau selesai, cocok pelakunya adalah pembudidaya dan itu cocok untuk BRI, karena BRI kan fokusnya ke UMKM," urai Suharso.
Di sisi lain, pihaknya mendukung pembangunan budidaya nila salin dengan menanam 1.000 pohon di sekitar area modeling. Menurutnya, ini bentuk sinergi BRI dengan KKP untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
"Jadi kita sama-sama nanam, yang satu tanam ikan, yang satu tanam pohon. Ini program mulai dari nanam, pemeliharaan, bahkan akan diukur berapa biomassa yang terbentuk dan berapa kemampuan menyerap karbonnya," pungkasnya. (Arry/Oryza)