- Libur Nataru 2024-2025, KKP Jamin Stok Ikan Cukup, Mutu Terjamin
- Arus Penumpang Libur Nataru 2024-2025 Tembus 815 Ribu, Pelindo Layani 24/7
- Gratis, Pelindo Sediakan Pelabuhan Ciwandan Layani Puncak Arus Nataru 2024-2025
- Pastikan Nataru 2024-2025 Lancar, Pangkalan TNI AL Banten Tingkatkan Pengamanan
- Tingkatkan Keselamatan Kerja di Pelabuhan, Pelindo Gandeng DK3 Jatim dan APBMI
- Pangandaran Jadi Lokasi Eduwisata, Banyak Spot Cantik Berswafoto
- Sepanjang 2024, KKP Tangkap 240 Kapal Maling Ikan
- KSOP Kelas IV Waingapu dan Pertamina Perpanjang Perjanjian Penggunaan Perairan TUKS
- Nataru 2024-2025, Lanal Banyuwangi Tingkatkan Patroli di Selat Bali
- Cuma 47 Menit, Terminal Teluk Lamong Pecahkan Rekor Ship To Ship Kapal Curah Kering Tercepat
Desakan Indonesia ke Dunia: Lindungi Ekosistem Karbon Biru!
Keterangan Gambar : Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Muhammad Yusuf pada event Ocean and Climate Change Dialogue on Coastal Ecosystem Restoration Including Blue Carbon di Bonn, Jerman.Foto: Humas KKP
Indonesiamaritimenews.com (IMN),JAKARTA: Indonesia terus mendorong perlindungan ekosistem pesisir dan laut (ekosistem karbon biru) sebagai aksi mitigasi dan berkontribusi terhadap pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca nasional secara global.
Hal ini disuarakan oleh Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Muhammad Yusuf pada event Ocean and Climate Change Dialogue on Coastal Ecosystem Restoration Including Blue Carbon di Bonn, Jerman belum lama ini.
“Langkah utama untuk memastikan bahwa ekosistem dilindungi dengan baik dan dikelola secara berkelanjutan, adalah dengan mengalokasikan ruangnya dalam rencana tata ruang laut,” ungkap Yusuf dalam keterang tertulis Jumat (23/6/2023).
Baca Lainnya :
- Ikuti MTR-SEA di Thailand, TNI AL Komitmen Tegakkan Hukum di Laut0
- Kasal Tinjau Industri Kapal Perang Turki Berusia Hampir 100 Tahun0
- Pastikan Nilai Gizi, KKP Kawal Mutu Produk Perikanan Hulu-Hilir0
- Brunei Studi Banding Maritime Single Window di Indonesia0
- 550 Ekor Sapi Kurban Berangkat Naik Kapal Camara Nusantara dari NTT ke Jakarta0
Dijelaskan Yusuf, mangrove dan lamun merupakan ekosistem karbon biru terbesar di Indonesia. Tak hanya untuk penyerapan karbon, keduanya sangat bermanfaat mendukung keanekaragaman hayati pesisir dan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini Indonesia juga sedang melakukan pemetaan ulang ekosistem lamun serta mendorong makin banyaknya penelitian lamun sebagai dasar bagi penghitungan persediaan Gas Rumah Kaca.
“Indonesia percaya bahwa pengurangan emisi Gas Rumah Kaca dari lamun bisa berkontribusi pada target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia berikutnya,” lanjut Yusuf.
POTENSI LAIN
Sementara berkaitan dengan fisheries and food security, Indonesia telah mengidentifikasi potensi aksi mitigasi sektor kelautan selain karbon biru, seperti pada perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan hasil perikanan.
Selain itu, melalui KKP, Indonesia juga telah memiliki kebijakan dan strategi ekonomi biru yang sejalan dan terintegrasi dengan upaya aksi iklim laut, yakni penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan.
“Indonesia mendorong para pihak untuk berpikir secara global dan bertindak secara lokal serta menerjemahkan aksi iklim laut secara sederhana sehingga dapat dilakukan juga di tingkat lokal,” tandas Yusuf.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya menciptakan laut yang sehat, aman, tangguh dan produktif bagi kesejahteraan bangsa melalui diplomasi maritim serta kerja sama dengan berbagai negara untuk mewujudkan strategi pembangunan ekonomi biru (blue economy) yang menitikberatkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi pada aktivitas yang menetap di ruang laut. (Ari/Oryza)