- BUMN Learning Festival Roadshow Perdana di Medan, Sukses Digelar Pelindo
- Program Eduwisata Pelindo Regional 2 Dukung Kemandirian Produktifitas Pondok Pesantren Ruhama
- Tiga Tahun Merger, Aset Pelindo Naik 6 % Tembus Rp 123 T Semester I Tahun 2024
- Pelindo Hadirkan Marina Kelas Dunia di Pelabuhan Benoa, Menyediakan 180 Dermaga
- Ratusan Butir Peluru dan Magazen Ditemukan Satgas Lantamal X Mengapung di Laut
- Kurir Narkoba Diringkus, 600 Gram Ganja Disita Prajurit Yonmarhanlan X Jayapura
- Ini Pengurus Pusat Corps Alumsi AMC Hasil Munas III Palangkaraya
- Perdana, 50 Yachters 11 Negara Sandar di BMTH Pelindo
- Presiden Jokowi Dianugerahi Brevet Hiu Kencana di Kapal Perang KRI RJW-992
- Juara Tenis Meja Empat Purnawirawan TNI AL, Tekuk Tim Pemuda, Pantas Dapat Reward Ketum PPAL
Belajar Literasi dan Inovasi Mengajar dari Guru Bunda Heriningsih
Keterangan Gambar : Heriningsih dan salah satu karyanya.property of indonesiamaritimenews.com/HS
Indonesiamaritimemews.com (IMN), JAKARTA: Di dunia kepenulisan ada adagium yang sangat populer dan sering dikutip sebagai pemantik semangat dalam menulis: ”verba volen screpta manen”.
Kutipan dari bahasa Yunani itu menegaskan sesuatu yang hanya bersifat lisan atau hanya dibicarakan, mudah hilang, menguap, dan dilupakan. Tetapi sesuatu yang dituliskan, sifatnya manen, permanen, abadi.
Baca Lainnya :
- Guru dan Siswa Jabodetabek Serahkan Buku Sastra ke PDS HB Jassin0
- Antitesa, Geliat Perempuan dan Teks Kebangsaan di PDS HB Jassin Jakarta0
- Penyair Palestina Mahmoud Darwish: Tak Bisa Menjadi Pembenci atau Pengemar Israel0
- Semarak Istana Berbatik, Begini Gaya Pejabat Mendadak Jadi Peragawan Peragawati 0
- Istana Berbatik, Presiden Jokowi Tertawa Melihat Pejabat dan Dubes Beraksi di Catwalk0
Sebagai seorang guru Bahasa Indonesia, DR [HC) Hj. Dra. Heriningsih, M.P.d yang dikenal dengan sapaan Bunda Ery, sangat memahami makna ungkapan itu. Karena itu dia lebih suka mempraktikkannya ketimbang mengutipnya belaka di depan siswa-siswanya. Dengan begitu, dia ingin menunjukkan bukti, bukan hanya kata-kata.
Baginya, tak ada hari tanpa menulis. Mulai dari puisi, cerpen, novel, atapun hanya sebuah tulisan spontan yang melintas dalam benaknya. Tulisan yang belum berbentuk itu nantinya dapat dikembangkan lagi.
"Setiap hari saya selalu sempatkan untuk menulis. Walaupun tidak ada yang membaca, saya tetap menulis, " tekadnya.
Ibu dua anak kelahiran 5 Februari 1967 ini telah menulis sejumlah buku tunggal dan antologi bersama. Antara lain Cahaya Ikhlas, Hijrah , Pijar Lentera, Sapardi dalam Kenangan, Hujan Desember, Kumpulan Pantun Nasihat 1000 Guru, Sang Peneroka, Perisai Makna 1 dan 2, Jendela Hati , Cahaya Ikhlas.
Kumpulan cerpen terbarunya, Suatu Musim di Korea terbit Oktober 2023 lalu. Sekarang dia sedang menyelesaikan novel terbarunya.
Meskipun Heriningsih sibuk mengajar dan mengelola ponpes, dia aktif mengikuti berbagai workshop dan seminar, dan berbagai acara yang berkaitan dengan lterasi.
Misalnya dia mengikuti Bimtek Instruktur Pembelajaran Sastra Berbasis Literasi Digital Tingkat Nasional “Ada Kisah Drama Indah di Jakarta”.
November lalu dia juga mengikuti acara yang Teacher Masterclass yang diselenggarakan Nyalanesia yang menghadirkan pembicara penulis Gola Gong, Budayawan Sujiwo Tedjo, dan motivator literasi Founder Nyalanesia, Lenang Manggala.
Bunda Ery saat menyerahkan karyanya kepada pds HB Jassin yang diterima Dini.
Dengan rajin mengkuti acara serupa itu, bagi wanita yang memiliki album CD menyanyi ini, adalah upaya mengembangkan diri agar inovatif dan kreatif.
Paling tidak, katanya, menjadi cara guru "naik kelas" dan menambah referensi dan wawasan.
"Kita jadi semakin mencintai profesi kita," ungkap wanita yang menyandang motto "Jangan Lari dari Masalah".
Hal itu juga berdampak pada sekolah temparnya mengajar. Menurut Heriningsih, untuk kesekian kali MA Asshiddiqiyah keluar sebagai sekolah berprestasi literasi yang telah menerbitkan sejumlah buku.
Kiat Disenangi Murid
Heriningsih memiliki kiat tersendiri dalam mengajar agar siswa tidak jenuh dan berujung ngantuk sehingga abai pada pelajaran.
"Jangan terlalu memaksakan agar murid menelan mentah-mentah apa yang kita ajarkan," ungkapnya.
Saat sudah berada di kelas dia selau berusaha tampil sebagai sosok ug dekat dengan muridnya.
Dia juga tak jarang menerapkan metode "ice breaking", yaitu cara pemecah kebuntuan di saat belajar mengajar agar suasana tidak kaku.
Misalnya, Heriningsih tak segan mendendangkan sebuah lagu.
"Saya kadang menyanyi atau melagukan suatu pelajaran sehingga ilmu yang dilagukan dapat dihafal siswa," katanya.
Kiat lain, saat mengabsen murid menjawab pertanyaan, dia mewajibkan siswanya menyahut dengan kata "siap".
"Cara ini efektif untuk membuat murid-muridnya selalu siap siaga menjawab berbagai keadaan dan menjawab petanyaan, " ungkap penyandang gelar M.Pd yang rendah hat ini.
Dia juga memerkenlkan murid-muridnya bagimana berpidato dan menulis karya ilmiah. Dia berharap kelak mirid-muridnya siap memasuki pendidikan yang lebih tinggi.
Selain agar muridnya hafal pelajaran, menurit dia, inovasi ini juga bertujuan agar murid merasa nyaman dengan gurunya sehingga
suasana belajar menyenangkan dan tidak ngantuk.
Saat ini Heriningsih mengajar di dua sekolah, yaitu sekolah umum dan pesantren MA Assidiqiyah. Kondisi ini membuatnya harus selalu kaya dengan inovasi agar disenangi dan dicintai murid-murid.(Herman Syahara/*)