- Omah Sinau, Desa Energi Berdikari Binaan PTK Kelola 31,5 Ton Sampah, Jadi Pusat Edukasi
- Kerahkan Kapal Perang, TNI AL Himpun Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
- Erick Thohir Angkat Heru Widodo Jadi Dirut ASDP, Ini Jajaran Komisaris dan Direksi Baru
- Ikan Paus Sperma 17 Meter Mati Terdampar di Pantai Sumba Timur NTT Dimusnahkan
- Food Safety Jadi Isu Global, KKP Gandeng Norwegia Tingkatkan Mutu Produk Perikanan
- Bantu Pengungsi Letusan Gunung Lewotobi, KKP Kirim 1,8 Ton Ikan, Makanan dan Pakaian
- Bangun Depot Ketiga di Surabaya, CMA CGM Perluas Jangkauan di Indonesia
- Pelindo Gandeng Jamdatun Kejaksaan Agung, Bisnis Integritas Tinggi
- Jelang Penghujung Tahun 2024, Terminal Petikemas Surabaya Kembali Sabet Penghargaan
- Dipimpin Kasal, Athan Negara Sahabat Olahraga Menembak Eksekutif
Belajar Literasi dan Inovasi Mengajar dari Guru Bunda Heriningsih
Keterangan Gambar : Heriningsih dan salah satu karyanya.property of indonesiamaritimenews.com/HS
Indonesiamaritimemews.com (IMN), JAKARTA: Di dunia kepenulisan ada adagium yang sangat populer dan sering dikutip sebagai pemantik semangat dalam menulis: ”verba volen screpta manen”.
Kutipan dari bahasa Yunani itu menegaskan sesuatu yang hanya bersifat lisan atau hanya dibicarakan, mudah hilang, menguap, dan dilupakan. Tetapi sesuatu yang dituliskan, sifatnya manen, permanen, abadi.
Baca Lainnya :
- Guru dan Siswa Jabodetabek Serahkan Buku Sastra ke PDS HB Jassin0
- Antitesa, Geliat Perempuan dan Teks Kebangsaan di PDS HB Jassin Jakarta0
- Penyair Palestina Mahmoud Darwish: Tak Bisa Menjadi Pembenci atau Pengemar Israel0
- Semarak Istana Berbatik, Begini Gaya Pejabat Mendadak Jadi Peragawan Peragawati 0
- Istana Berbatik, Presiden Jokowi Tertawa Melihat Pejabat dan Dubes Beraksi di Catwalk0
Sebagai seorang guru Bahasa Indonesia, DR [HC) Hj. Dra. Heriningsih, M.P.d yang dikenal dengan sapaan Bunda Ery, sangat memahami makna ungkapan itu. Karena itu dia lebih suka mempraktikkannya ketimbang mengutipnya belaka di depan siswa-siswanya. Dengan begitu, dia ingin menunjukkan bukti, bukan hanya kata-kata.
Baginya, tak ada hari tanpa menulis. Mulai dari puisi, cerpen, novel, atapun hanya sebuah tulisan spontan yang melintas dalam benaknya. Tulisan yang belum berbentuk itu nantinya dapat dikembangkan lagi.
"Setiap hari saya selalu sempatkan untuk menulis. Walaupun tidak ada yang membaca, saya tetap menulis, " tekadnya.
Ibu dua anak kelahiran 5 Februari 1967 ini telah menulis sejumlah buku tunggal dan antologi bersama. Antara lain Cahaya Ikhlas, Hijrah , Pijar Lentera, Sapardi dalam Kenangan, Hujan Desember, Kumpulan Pantun Nasihat 1000 Guru, Sang Peneroka, Perisai Makna 1 dan 2, Jendela Hati , Cahaya Ikhlas.
Kumpulan cerpen terbarunya, Suatu Musim di Korea terbit Oktober 2023 lalu. Sekarang dia sedang menyelesaikan novel terbarunya.
Meskipun Heriningsih sibuk mengajar dan mengelola ponpes, dia aktif mengikuti berbagai workshop dan seminar, dan berbagai acara yang berkaitan dengan lterasi.
Misalnya dia mengikuti Bimtek Instruktur Pembelajaran Sastra Berbasis Literasi Digital Tingkat Nasional “Ada Kisah Drama Indah di Jakarta”.
November lalu dia juga mengikuti acara yang Teacher Masterclass yang diselenggarakan Nyalanesia yang menghadirkan pembicara penulis Gola Gong, Budayawan Sujiwo Tedjo, dan motivator literasi Founder Nyalanesia, Lenang Manggala.
Bunda Ery saat menyerahkan karyanya kepada pds HB Jassin yang diterima Dini.
Dengan rajin mengkuti acara serupa itu, bagi wanita yang memiliki album CD menyanyi ini, adalah upaya mengembangkan diri agar inovatif dan kreatif.
Paling tidak, katanya, menjadi cara guru "naik kelas" dan menambah referensi dan wawasan.
"Kita jadi semakin mencintai profesi kita," ungkap wanita yang menyandang motto "Jangan Lari dari Masalah".
Hal itu juga berdampak pada sekolah temparnya mengajar. Menurut Heriningsih, untuk kesekian kali MA Asshiddiqiyah keluar sebagai sekolah berprestasi literasi yang telah menerbitkan sejumlah buku.
Kiat Disenangi Murid
Heriningsih memiliki kiat tersendiri dalam mengajar agar siswa tidak jenuh dan berujung ngantuk sehingga abai pada pelajaran.
"Jangan terlalu memaksakan agar murid menelan mentah-mentah apa yang kita ajarkan," ungkapnya.
Saat sudah berada di kelas dia selau berusaha tampil sebagai sosok ug dekat dengan muridnya.
Dia juga tak jarang menerapkan metode "ice breaking", yaitu cara pemecah kebuntuan di saat belajar mengajar agar suasana tidak kaku.
Misalnya, Heriningsih tak segan mendendangkan sebuah lagu.
"Saya kadang menyanyi atau melagukan suatu pelajaran sehingga ilmu yang dilagukan dapat dihafal siswa," katanya.
Kiat lain, saat mengabsen murid menjawab pertanyaan, dia mewajibkan siswanya menyahut dengan kata "siap".
"Cara ini efektif untuk membuat murid-muridnya selalu siap siaga menjawab berbagai keadaan dan menjawab petanyaan, " ungkap penyandang gelar M.Pd yang rendah hat ini.
Dia juga memerkenlkan murid-muridnya bagimana berpidato dan menulis karya ilmiah. Dia berharap kelak mirid-muridnya siap memasuki pendidikan yang lebih tinggi.
Selain agar muridnya hafal pelajaran, menurit dia, inovasi ini juga bertujuan agar murid merasa nyaman dengan gurunya sehingga
suasana belajar menyenangkan dan tidak ngantuk.
Saat ini Heriningsih mengajar di dua sekolah, yaitu sekolah umum dan pesantren MA Assidiqiyah. Kondisi ini membuatnya harus selalu kaya dengan inovasi agar disenangi dan dicintai murid-murid.(Herman Syahara/*)