Menuju Kota Global, Membangun Etalase Jakarta dari Pesisir

By Indonesia Maritime News 26 Mei 2025, 21:33:01 WIB Editorial
Menuju Kota Global, Membangun Etalase Jakarta dari Pesisir

Keterangan Gambar : Wilayah pesisir utara Jakarta belum sepenuhnya tersentuh pembangunan. Foto: property of indonesiamaritimenews.com



JAKARTA tahun 2025 ini memasuki usia 498 tahun, usia yang cukup tua. Di usia hampir 500 tahun, Jakarta masih terus berbenah diri, bersolek dan bertransformasi. Kota ini juga masih berkutat pada masalah klasik yaitu banjir, kemacetan lalu lintas, kemiskinan, permukiman, juga persoalan sampah. 

Gubernur boleh berganti, namun persoalan krusial yang dihadapi tetap sama. Janji mengatasi banjir dan kemacetan selalu menjadi jualan saat kampanye. Padahal membangun Jakarta bukan hanya mengatasi banjir dan macet saja, yang hingga kini tak juga kunjung usai. Visi ke depan adalah menyiapkan Jakarta sebagai kota global, dan itulah yang harus menjadi prioritas. 

Baca Lainnya :

Di tengah persoalan klasik yang tak kunjung usai, salah satu ambisi Pemprov DKI adalah Jakarta tahun 2029 harus bisa tembus dalam daftar 50 kota global. Sejajar dengan kota-kota global di belahan dunia. Saat ini posisi Jakarta ada di peringkat 74 dari 156 negara berdasarkan data Global City Index.

Untuk mengejar mimpi tersebut, tentu bukan semudah membalik telapak tangan. Diperlukan berbagai terobosan.  Transformasi Jakarta menuju kota global memerlukan berbagai eksplorasi dan inovasi. Terlebih bila Jakarta sudah betul-betul tidak lagi menjadi ibu kota negara, ditinggal pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Jakarta harus tetap menjadi magnet. 

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mengaku optimistis Kota Jakarta bisa masuk 50 besar kota global pada 2029 mendatang. Pramono pun mencanangkan HUT Kota Jakarta tahun ini dengan mengangkat tema 'Jakarta Kota Global dan Berbudaya'. Pramono juga memamerkan proyek Blok M Hub, pembangunan pedestrian hingga koneksi transportasi umum sebagai modal menuju Jakarta Kota Global. 

Sayangnya, pengembangan dan pembangunan wilayah pesisir tidak mengemuka sebagai salah satu poin strategi untuk menjadikan Jakarta sebagai kota global. Padahal,  membangun kota bukan hanya terpusat di tengah kota saja. Perlu juga dicatat, salah satu syarat menjadi kota global adalah equitable development atau pemerataan pembangunan. Syarat ini yang mungkin belum dipenuhi oleh Pemprov DKI Jakarta.

Wilayah pesisir Jakarta masih jauh dari rasa keadilan dalam sentuhan pembangunan. Meskipun wilayah pesisir adalah etalase yang menjadi cermin kemajuan sebuah kota, tapi faktanya wilayah pinggiran Jakarta sangat kontras dibanding kemegahan di tengah kota. Contohlah Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta yang punya visi kuat tentang kota maritim.  Salah satu karya pembangunan pesisir warisan fenomenal Bang Ali, adalah kawasan wisata Ancol.

Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta, Khoirudin pernah mengemukakan pentingnya pengembangan kawasan pesisir utara. Pengembangan wilayah pesisir adalah salah satu proyek strategis yang bisa mendukung transformasi Jakarta sebagai kota global. Karena wilayah pesisir dapat dikembangkan menjadi daerah wisata dan bisnis. Bisa menarik investor sekaligus mendongkrak roda ekonomi masyarakat. 

Pandangan yang dilontarkan Khoirudin patut didukung. Jakarta sudah punya modal kuat dalam wewujudkan wilayah pesisir sebagai etalase kota. Karena Jakarta masuk ke dalam daftar jajaran '50 Kota Maritim Terkemuka di Dunia'. Jakarta bahkan menempati peringkat pertama sebagai 'Kota dengan Kantor Pusat Perusahaan Pelayaran Terbanyak di Dunia'. Jumlahnya mencapai 261 perusahaan pelayaran yang terdaftar. 

Data tersebut berdasarkan jurnal berjudul Leading Maritime Cities 2024 yang dirilis oleh Perusahaan Manajemen Risiko DNV GL dan Konsultan Menon Economis dengan sumber datanya berasal dari Clarkson Research.

Jakarta juga memiliki wilayah pesisir yang menjadi pusat bisnis pelayaran, ekspor impor, logistik, pelabuhan perikanan maupun pariwisata. Di utara Jakarta, ada Port of Tanjung Priok yang menjadi pelabuhan internasional terbesar di Indonesia, bersaing dengan Singapura. Geliat bisnis di Tanjung Priok ini memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional maupun Jakarta sendiri. Tentunya bisnis logistik harus didukung oleh infrastruktur dan kelancaran lalu lintas yang dikelola oleh pemerintah daerah. Karena bila kedua komponen itu terganggu, maka akan muncul efek domino.

Dari sektor pariwisata, pesisir utara Jakarta juga memiliki destinasi wisata bahari seperti Ancol, Pelabuhan Sunda Kelapa dan gugus Kepulauan Seribu. Ini jadi magnet menarik wisatawan dan mendatangkan cuan. Selain itu Pelabuhan Tanjung Priok juga kerap disinggahi kapal-kapal pesiar mewah yang membawa turis berkantong tebal.

Sebagai catatan, Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2. Artinya, luas lautan yang jauh lebih besar dari daratan, menyimpan potensi besar. Tetapi mengapa arah pembangunan Jakarta hanya fokus pada daratan. Belum lagi ada sekitar 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, yang menjadi 'tambang emas' bila digarap serius. Potensi-potensi tersebut adalah kekuatan luar biasa.

Predikat Jakarta sebagai Kota Maritim Terkemuka di Dunia adalah sebuah pengakuan internasional. Trust atau kepercayaan perusahaan pelayaran dan logistik internasional mau berkantor di Jakarta, juga sebuah pembuktian bahwa bisnis maritim di kota ini berkembang pesat. Jadi, sudah saatnya pemerintah provinsi sungguh-sungguh mengelola pesisir utara sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi, hingga bisa mensejajarkan Kota Jakarta dengan kota-kota global di dunia.  (Red)





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook