Relawan Literasi Perpusnas Ikhlas Masuk Lapas Bogor demi Tugas

By Indonesia Maritime News 01 Agu 2025, 20:51:50 WIB Edukasi
Relawan Literasi Perpusnas Ikhlas Masuk Lapas Bogor demi Tugas

Keterangan Gambar : Basri bersama pengelola perpustakaan Lapas Kelas IIA Bogor Yadin berfoto di ruang perpustakaan Lapas. Foto property of Indoesiamaritmenews.com/HS



Indonesiamaritmenews.com (IMN): Sekurangnya ada tiga alasan kenapa seseorang –apalagi wanita, masuk ke lingkungan penjara atau Lapas (lembaga pemasyarakatan)

Pertama, karena dia sedang membesuk seseorang. Kedua, dirinyanya terkena perkara hukum sampai harus masuk bui.

Baca Lainnya :

Namun, jika tidak karena kedua alasan itu, pasti ada alasan lain, yaitu boleh jadi dia sedang menjalankan tugas di lingkungan Lapas.

Alasan ketiga inilah yang "memaksa" Yuliyanti Basri masuk ke lingkungan Lapas Kelas 2 A Paledang Kota Bogor, Selasa (30/07) lalu.

Yuliyanti Basri adalah satu dari 180 "laskar" Relima di Indonesia yang berhasil lolos seleksi oleh Perpusnas RI. Dia satu-satunya peserta yang terpilih dari Kota/Kabupten Bogor.

Sebagai "laskar" Relima, dosen lepas di sebuah perguruan tinggi swasta di kotanya itu, bersama 180 relawan lainnya di berbagai pelosok Tanah Air, bertugas mendampingi dan mengawasi penggunaan 10 juta bahan bacaan bermutu dan bantuan lainnya yang disebar ke 10.000 titik ruang baca.

Termasuk di dalamnya taman bacaan masyarakat, perpustakaan desa/kelurahan, dan ruang baca di rumah ibadah dan lembaga pemasyarakatan.

Bagi Julia Basri, demikian sapaan sehari-harinya, memasuki lingkungan berkonotasi "sangar" seperti lembaga pemasyarakatan baru pertama kali itu dilakukannya.

"Ngeri-ngeri sedap. Ini pertama kali saya masuk lingkungan penjara, " kilahnya saat ditanya kesannya.

Wajar saja bila dia merasakan hal itu. Lingkungan penjara bukanlah pusat perbelanjaan atau taman wisata yang suasananya menyenangkan dan rekreatif.

Penjara, sel, atau bui, meskipun telah diperlunak menggunakan istilah lembaga pemasyarakatan, kesan sebagai tempat "berkumpulnya orang jahat" tak begitu saja hilang.

"Saya cemas membayangkan bagaimana jika semua penghuni sel menyerang saya, " ungkapnya.

Untuk memasuki gerbang baja area berpengamanan maksimum itu, Julia Basri bukan hanya wajib menyerahkan tanda pengenal, namun tasnya diperiksa secara detail dan dilarang membawa gawai.

Sebuah mesin deteksi X Ray pun siap menunjukkan barang terlarang yang disembunyikan pengunjung.

Untungnya, karena alasan di gawainya ada aplikasi pemotretan yang dibuat khusus oleh Perpusnas sebagai kelengkapan kerjanya, pertugas Lapas mengijinkan gawai itu dibawa masuk.

Selepas gerbang baja, kesan "sangar" penjara agak berkurang ketika kedatangnnya disambut dengan hangat namun tetap tegas oleh Bagian Humas Ade Januarisyah dan pengurus perpustakaan Yadin.

Tanpa kesulitan, kedua petugas itu memberikan keterangan tentang kondisi perpustakaan yang dikelolanya di dalam Lapas Kelas IIA Bogor itu.

Sesuai fungsinya sebagai relawan Relima Angkatan Pertama yang dipilih Perpusnas pada Juni 2025 lalu.

Kunjungan ini dimaksudkan untuk menggali permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) di Kota/Kabupaten Bogor dalam menjalankan fungsi dan perannya meningkatkan minat baca dan literasi di tengah masyarakat.

Dari kunjungan itu juga diharapkan didapat fakta dan informasi pemanfaatan bantuan masing-masing 1000 buku, rak, dan fasilitas lainnya yang sebelumnya telah disalurkan ke sejumlah TBM dan perpustakaan di Kota/Kabupaten Bogor.

"Temuan ini nantinya akan dilaporkan ke Perpusnas untuk dicarikan solusinya agar perpustakaan dan rumah baca itu dapat berjalan sebagaimana mestinya," ungkapnya.

Julia mengaku, rasa tegang kembali menghinggapi dirinya ketika petugas Lapas mengajaknya meninjau perpustakaan di Lapas Blok C

Karena untuk itu dia harus melintasi sebuah lapangan olahraga yang dikelilingi oleh sel. Tak pelak lagi, dari balik terali besi, semua mata penghuninya mengikuti langkah perempuan mungil itu.

"Untuk mengurangi rasa cemas dan tegang, saya menghindari kontak mata dengan mereka," ungkap anak bungsu dari empat bersaudara itu.

Julia tak berlebihan, penulis yang mendampinginya menyaksikan para penghuni lapas yang berada di dalam sel senyum-senyum dan "dada-dadah" kepadanya. Sebagian yang berada di luar menatapnya dengan beragam ekspresi.

Aula Lapas yang luas nampaknya menjadi tempar favorit para warga binaan. Selain luas dan adem, tersedia rak buku di sudut ruangan yang isinya didominasi kitab suci.

Di aula ini nampak puluhan warga binaan tidur-tiduran, membaca buku, dan mengaji. Suara mereka menggema di seantero aula saat membaca Al Quran.

Di belakang aula terdapat selasar yang siang itu disibukkan oleh sejumlah warga binaan yang sedang menjalani pelatihan ngelas.

Selama sekitar 1 jam di dalam Lapas, gerak gerik Julia Basri tak lepas dari pengawasan Ade Januarsyah. Untuk memotret hanya diijinkan pada objek yang dituju yaitu fasilitas perpustakaan.

"Jangan memotret orangnya, ya, " Ade mengingatkan ketika kamera gawai hendak dibidikkan. Maksudnya, dilarang memotret wajah warga binaan.

Koleksi 100 Buku

Perpustakaan Lapas Kelas 2A Bogor, menurut Ade Januarsyah, diresmikan pada 2024 lalu dengan koleksi 100-an buku berbagai tema. Semula perpustakaan ini adalah sebuah gudang berukuran sekitar 3 x 5 meter yang terletak di dekat sel Blok C.

"Awalnya perpustakaan itu berada di aula namun tidak tertata dan seadanya saja. Karena itu kami pindahkan ke sini, " ungkap Ade.

Di sudut ruangan mungil itu ada meja kerja kecil untuk petugas yang mencatat keluar-masuk buku yang dipinjam waga binaan.

Ruang perpustakaan ini nampak sederhana namun bersih dan tertata rapi. Buku-buku diketegorisasi berdasarkan jenisnya. Ada buku sastera, ilmu pengetahuan, umum, dan lainnya.

Karena ruang yang sempit pihak Lapas tidak menyediakan meja dan kursi untuk membaca Warga binaan boleh meminjam bukunya ke dalam sel atau membacanya di teras perpustakaan.

Menurut Ade, minat baca warga binaan cukup tinggi. Per hari rata-rata 50 warga binaan meminjam buku dan mengunjungi perpustakaan.

Namun jam buka perpustakaan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di dalam Lapas.

Untuk meminta atau menerima bantuan buku dan rak, pihak Lapas harus berkoodinasi dengan pusat maksudnya Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas).

Lembaga inilah yang nantinya berhubungan dengan Perpusnas parapihak dalam kaitan dengan permohonan atau penerimaan bantuan fasilitas perpustakaan.

"Walikota Bogor Bapak Dedie A. Rachim pernah datang ke sini dan menyarankan kami menghubungi Kadis Arsip dan Perpustakaan Kota Bogor untuk mendapatkan bantuan, " kata Ade.

Namun, dengan keterbatasan ruang perpustakaan di Lapas, Yadin terus terang menyatakan kebingungannya andai pihak Lapas mendapat bantuan buku dam rak. Dengan koleksi seratusan buku saja pihaknya merasa kekurangan tempat.

"Untuk membangun atau memperluas perpustakaan tidak mungkin karena keterbatasan lahan, " ucapnya.

Usai mengunjungi perpustakaan Lapas, Julia Basri mengatakan, banyak hal yang harus dilaporkannya kepada Perpusnas agar masalah perijinan, fasilitas, dan keterbatasan lahan untuk perluasan yang dihadapi perpustakaan Lapas itu dapat diatasi.

Dihuni 705 Napi

Menurut data, warga binaan Lapas IIA Paledang Bogor berjumlah 705 orang, dengan rincian 505 orang berstatus narapidana dan 200 lainya merupakan tahanan lain, seperti tahanan kejaksaan yang belum memiliki status hukum karena dalam proses.

Pada 2024 lalu Lapas memberikan remisi kepada 440 orang yang terdiri dari Remisi Umum I sebanyak 438 orang dan Remisi II sebanyak enam orang, langsung bebas dua orang, dan empat orang menjalani subsider (masa tahanan pengganti denda).

Pemkot Bogor dikabarkan ikut dalam melakukan pembinaan kepada penghuni Lapas. Polanya dalam bentuk Pembinaan Kemandirian dan Kepribadian dengan melibatkan pondok pesantren dan badan pelatihan yang memiliki sertifikasi.

Harapannya, para napi yang ikut pelatihan juga akan mendapatkan sertifikasi yang berguna setelah mereka kembali ke masyarakat.(HS/****)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook