Modelling Klaster Budidaya Nila Salin Seluas 16 Ha Dibangun di Karawang, ini Targetnya

By Indonesia Maritime News 09 Jul 2023, 20:48:01 WIB Perhubungan
Modelling Klaster Budidaya Nila Salin Seluas 16 Ha Dibangun di Karawang, ini Targetnya

Keterangan Gambar : Ikan Nila Salin dibudidayakan di Karawang, Jawa Barat. Foto: KKP


Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai membangun modelling klaster budidaya ikan Nila Salin di Karawang, Jawa Barat. Tujuannya, sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi ikan nila nasional dan menjadikan sebagai komoditi strategis yang bisa menjadi andalan Indonesia ke depannya.

Ada beberapa target yang ingin dicapai dalam pembangunan modelling klaster ikan nila salin. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu mengatakan Indonesia adalah salah satu produsen ikan nila terbaik di dunia.

“Pangsa pasar ikan nila salin sangat terbuka lebar baik domestik maupun ekspor. Berdasarkan trademap tahun 2021, Indonesia berada di posisi ke lima sebagai negara pengekspor produk ikan nila di pasar global," ungkap Tebe, sapaan Tb Haeru dalam keterangan tertulis Minggu (9/7/2023).

Baca Lainnya :

"Artinya Indonesia sebagai salah satu produsen ikan nila terbaik dunia dengan daya saing yang tinggi,” sambung Tebe.

Dia mengatakan, modelling klaster budidaya ikan nila salin tersebut diharapkan nantinya bisa menjadi percontohan bagi pelaku usaha yang budidaya memanfatkan perairan umum seperti danau. “Melalui modelling klaster budidaya ikan nila salin tersebut, maka kerusakan lingkungan di perairan umum dapat diantisipasi. Model budidaya ikan nila yang diterapkan berbasis land base bukan lake base,” tegas Tebe.

Modelling tersebut juga diharapkan memicu kegiatan ekonomi yang secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Tebe, yang menjadi tantangan bersama yaitu harus bisa terus meyakinkan masyarakat agar mereka tetap tertarik membudidayakan ikan nila salin.

"Sesuai dengan kaidah kaidah Best Aquaculture Practices (BAP) atau Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB),” harap Tebe.

Menurut Tebe, ikan nila saat ini semakin diminati masyarakat, sehingga permintaan pasar meningkat tinggi. Selain untuk konsumsi lokal, permintaan terhadap komoditas ikan nila untuk ekspor terutama dari Amerika Serikat juga tinggi khususnya dalam bentuk fillet. Oleh karenanya ukuran panen diatur rata rata 700 gram per ekor.

“Kami sebagai pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan produksi ikan nila nasional, salah satunya dengan mengoptimalkan fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) dan saling bersinergi. Seperti BLUPPB Karawang melakukan pembangunan modelling klaster budidaya ikan nila salin bersinergi dengan BBPBAT Sukabumi yang terus berupaya memproduksi benih ikan nila salin yang bermutu dan adaptif,” tandasnya.

16 HEKTAR

Kepala BLUPPB Karawang, M. Tahang menjelaskan nantinya pemenuhan kebutuhan benih ikan nila salin akan dibantu oleh BBPBAT  Sukabumi. Saat ini terus berupaya menggenjot produksi benih ikan nila jenis unggul yang telah melewati penyesuaian secara bertahap selama masa pertumbuhannya sehingga dapat hidup di air payau.

Selain itu benih ikan nila tersebut memiliki keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga dapat dipanen lebih cepat dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit.

“Menurut saya budidaya ikan nila salin sangat prospek untuk dikembangkan mengingat jenis ikan ini lebih mudah dipelihara dan harga jual yang relatif lebih baik,” jelas Tahang.

Tahang menjelaskan modelling klaster budidaya ikan nila salin di BLUPPB Karawang akan dibangun di kawasan seluas 16 Ha dengan petakan sebanyak 10 petak yang berukuran 2.000 meter persegi dan 10 petak yang berukuran 4.000 meter persegi.

“Dengan padat tebar 25 ekor per meter persegi dengan rata rata berat 50 gram per ekor dan ukuran panen rata rata mencapai 700 gram. Maka ditargetkan akan menghasilkan total produksi 672 ton atau produktivitas 42 ton per Ha per siklus dengan masa pemeliharaan selama 150-180 hari. Jika harga rata rata ikan nila salin Rp 30 ribu per kg, maka perolehan dapat dicapai sekitar Rp 20 milyar,” ungkap Tahang.

Modelling klaster budidaya ikan nila salin akan dibangun selain dengan memperhitungkan keuntungan finansial, juga tetap selaras dengan ekonomi biru yaitu selalu mengedepankan ekologi. Selain dibangun petakan tandon dan petakan produksi, juga dibangun saluran masuk dan saluran keluar serta pengelolaan limbah.

Sebelumnya, Menteri Trenggono juga dianggap sukses mengembangkan konsep Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen. Tambak udang terintegrasi tersebut telah diresmikan oleh Presiden RI, Joko Widodo pada Maret dan telah dilaksanakan panen siklus pertama oleh Wakil Presiden RI, K.H Ma'ruf Amin pada akhir Juni lalu. (Fat/Oryza)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook