- Satgas MTF Konga XXVIII-P UNIFIL 2024 Tunaikan Tugas PBB Ke Lebanon, Ini Pesan Kasal
- PTP Nonpetikemas Peduli Masyarakat, 200 Bocah Sunatan Massal, Pulang Bawa Santunan
- Nataru 2024-2025, Pelindo Siaga Kondisi Darurat di Pelabuhan Makassar
- Lestarikan Ekosistem, IPC TPK Lepas 5.150 Benih Ikan Patin di Sungai Musi
- Pelindo Regional 2 Gelar Sunatan Massal, Peserta Dibukakan Rekening Menabung
- Aktif Perangi Narkoba, Lantamal XIII Tarakan Raih Penghargaan dari BNN
- KRI Hampala 880 dan KRI Lumba Lumba 881, Kasal: Gesit dan Tangguh Jaga Perbatasan
- Ini Potret Kinerja TPK Koja 2024, Trend Keuangan dan Operasional Tumbuh Positif
- Kasal Resmiksan KRI Hampala-880 dan KRI Lumba-Lumba-881, Ini Spesifikasinya
- FTF Sabotase Jalur Perdagangan Dabo Singkep, Diserbu 3 Satuan Pasukan Elit TNI AL
Biaya Logistik Nasional Diklaim Capai 14,29 Persen dari PDB, Dwelling Time Juga Turun
Keterangan Gambar : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso. Foto: Kemenko Perekonomian
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Biaya logistik nasional RI diklaim kini telah mencapai 14,29 % dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, dwelling time juga disebutkan melampaui target bahkan unggul di kawasan ASEAN.
Hal ini katakan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dalam acara diskusi Peningkatan Kinerja Logistik Melalui Utilisasi Layanan National Logistics Ecosystem (NLE) di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Upaya pembenahan sistem logistik nasional juga terus dilakukan pemerintah. Upaya tersebut telah membuahkan hasil dengan dwelling time nasional pada Agustus 2023 mencapai 2,52 hari.
Baca Lainnya :
- Kementan Minta Waktu Bongkar Beras Impor Dipercepat, Dirut Pelindo Bilang Begini0
- Ini Perubahan Visi dan Transformasi PELNI, Logo Baru dan Wajah Baru0
- Kegiatan Ekspor Pelayaran Indonesia Meningkat, Kapal Asing Masih Mendominasi0
- Aset Potensi throughput 18.000 TEUs, SPSL Garap Depo Petikemas Pelabuhan Panjang0
- IPC TPK Layanani Sea Horse Service dan Lang Co Service, Tumbuhkan Ekspor Impor ke China & Vietnam.0
"Melampaui target 2,9 hari, dan unggul di kawasan ASEAN, hanya sedikit di bawah Singapura. Kita apresiasi untuk teman-teman logistik nasional,” ungkap Susiwijono Moegiarso.
Menyinggung soal biaya logistik nasional, Susiwijono mengatakan angka yang dicapai sudah cukup baik yakni di bawah 15 %. "Biaya logistik nasional yang mendasarkan pada perhitungan kita pada tingkat nasional, dengan menggunakan basis data (Badan Pusat Statistik) BPS, biaya logistik kita mencapai 14,29% dari PDB. Artinya sudah cukup baik di bawah 15%,” ungkap dia.
Dikatakan Susiwijono, hasil rapat dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, pada 2045 nanti biaya logistik nasional ditargetkan mencapai 8% dari PDB. Tujuannya agar mampu menciptakan biaya logistik yang lebih efisien serta selaras dengan visi Indonesia Emas 2045.
"Diharapkan 2045 logistic cost hanya 8% dari PDB, jadi sangat efisien sekali. Ini target kita bersama yang nanti seiring dengan visi Indonesia Emas bisa kita capai bersama-sama," sambung dia.
UTILITAS PELABUHAN
Diungkapkannya, saat ini utilisasi pelabuhan di Indonesia masih ketimpangan. Selain karena faktor ketimpangan muatan, juga disebabkan sarana fasilitas di pelabuhan yang tidak merata, diikuti dengan minimnya standardisasi fasilitas pendukungnya.
“Utilisasi infrastruktur logistik kita terutama pelabuhan ini memang masih terjadi ketimpangan antar daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia Timur yang masih di bawah 50%,” ungkap Susiwijono.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi, adanya muatan yang tidak seimbang atau imbalance cargo dari timur ke barat Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan kegiatan logistik nasional tidak seimbang.
Oleh karena itu, saat ini pihaknya akan fokus memperbaiki infastruktur pelabuhan dengan optimalisasi volume lalu lintas (traffic) atau subsidi bagi pelabuhan yang minim traffic di kawasan Indonesia Timur.
Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan transportasi multimoda guna mengembangkan berbagai kawasan, khususnya kawasan logistik yang terintegrasi sebagai hub and spoke guna meningkatkan kinerja dan mendorong efisiensi biaya logistik.
“Untuk wilayah timur dan barat masih belum ada keseimbangan, sehingga masih perlu didorong berbagai inisiatif untuk meningkatkan logistik kita, terutama yang berbasis komoditas atau commodity base approach untuk menciptakan berbagai sentra industri dan pertumbuhan ekonomi baru unggulan di Indonesia Timur,” tandas Susiwijono. (Arry/Oryza)