- Ini Keunggulan TTL Kembali Raih Predikat Operator Terminal Petikemas Terbaik di ILA 2024
- 14 ABK KM Sabar Subur Tenggelam di Perairan Karimun Jawa, TNI AL dan Tim SAR Sigap Menolong
- Perkuat Indonesia Diporos Maritim Dunia, Kemenhub Dorong Sosialisasi UNCLOS 1982
- Wujudkan Ekonomi Biru, KKP Gandeng BKKBN, Bank Mandiri dan Polri
- 16 Kontainer Produk Perikanan Diekspor ke Mancanegara, Menteri Trenggono: Produk Indonesia Primadona
- Ini Pencapaian Pelindo Regional 2 Mencatatkan Dua Kinerja Positif, Jelang Tutup Tahun 2024
- Sailing Camp TNI AL 2024, Bakar Semangat Pemuda Membangun Negara Maritim
- 500 Pemuda Indonesia Ikuti Sailing Camp di Pulau Payung, Naik KRI Semarang-594
- Laksamana TNI (Purn) Yudo Margono Terima Perhargaan Kasal Wakili 68 Pati TNI AL Masa Purna Bakti
- Catat! IMO Tetapkan Gili Matra dan Nusa Penida Kawasan Laut Sensitif
Biaya Logistik Nasional Diklaim Capai 14,29 Persen dari PDB, Dwelling Time Juga Turun
Keterangan Gambar : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso. Foto: Kemenko Perekonomian
Indonesiamaritimenews.com (IMN), JAKARTA: Biaya logistik nasional RI diklaim kini telah mencapai 14,29 % dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, dwelling time juga disebutkan melampaui target bahkan unggul di kawasan ASEAN.
Hal ini katakan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dalam acara diskusi Peningkatan Kinerja Logistik Melalui Utilisasi Layanan National Logistics Ecosystem (NLE) di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Upaya pembenahan sistem logistik nasional juga terus dilakukan pemerintah. Upaya tersebut telah membuahkan hasil dengan dwelling time nasional pada Agustus 2023 mencapai 2,52 hari.
Baca Lainnya :
- Kementan Minta Waktu Bongkar Beras Impor Dipercepat, Dirut Pelindo Bilang Begini0
- Ini Perubahan Visi dan Transformasi PELNI, Logo Baru dan Wajah Baru0
- Kegiatan Ekspor Pelayaran Indonesia Meningkat, Kapal Asing Masih Mendominasi0
- Aset Potensi throughput 18.000 TEUs, SPSL Garap Depo Petikemas Pelabuhan Panjang0
- IPC TPK Layanani Sea Horse Service dan Lang Co Service, Tumbuhkan Ekspor Impor ke China & Vietnam.0
"Melampaui target 2,9 hari, dan unggul di kawasan ASEAN, hanya sedikit di bawah Singapura. Kita apresiasi untuk teman-teman logistik nasional,” ungkap Susiwijono Moegiarso.
Menyinggung soal biaya logistik nasional, Susiwijono mengatakan angka yang dicapai sudah cukup baik yakni di bawah 15 %. "Biaya logistik nasional yang mendasarkan pada perhitungan kita pada tingkat nasional, dengan menggunakan basis data (Badan Pusat Statistik) BPS, biaya logistik kita mencapai 14,29% dari PDB. Artinya sudah cukup baik di bawah 15%,” ungkap dia.
Dikatakan Susiwijono, hasil rapat dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, pada 2045 nanti biaya logistik nasional ditargetkan mencapai 8% dari PDB. Tujuannya agar mampu menciptakan biaya logistik yang lebih efisien serta selaras dengan visi Indonesia Emas 2045.
"Diharapkan 2045 logistic cost hanya 8% dari PDB, jadi sangat efisien sekali. Ini target kita bersama yang nanti seiring dengan visi Indonesia Emas bisa kita capai bersama-sama," sambung dia.
UTILITAS PELABUHAN
Diungkapkannya, saat ini utilisasi pelabuhan di Indonesia masih ketimpangan. Selain karena faktor ketimpangan muatan, juga disebabkan sarana fasilitas di pelabuhan yang tidak merata, diikuti dengan minimnya standardisasi fasilitas pendukungnya.
“Utilisasi infrastruktur logistik kita terutama pelabuhan ini memang masih terjadi ketimpangan antar daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia Timur yang masih di bawah 50%,” ungkap Susiwijono.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi, adanya muatan yang tidak seimbang atau imbalance cargo dari timur ke barat Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan kegiatan logistik nasional tidak seimbang.
Oleh karena itu, saat ini pihaknya akan fokus memperbaiki infastruktur pelabuhan dengan optimalisasi volume lalu lintas (traffic) atau subsidi bagi pelabuhan yang minim traffic di kawasan Indonesia Timur.
Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan transportasi multimoda guna mengembangkan berbagai kawasan, khususnya kawasan logistik yang terintegrasi sebagai hub and spoke guna meningkatkan kinerja dan mendorong efisiensi biaya logistik.
“Untuk wilayah timur dan barat masih belum ada keseimbangan, sehingga masih perlu didorong berbagai inisiatif untuk meningkatkan logistik kita, terutama yang berbasis komoditas atau commodity base approach untuk menciptakan berbagai sentra industri dan pertumbuhan ekonomi baru unggulan di Indonesia Timur,” tandas Susiwijono. (Arry/Oryza)